Ini adalah tugas kuliah PAI menjelang mau UTS. Kita disuruh milih antara 4 tema yaitu Narkoba, Kekerasan/Tawuran, Pergaulan Bebas sama Korupsi. Gak tau kenapa aku lebih milih bahas tentang kekerasan. Waktu mau ngumpulin baru inget kalau referensinya lupa gak tak cantumin..hahahahaha..silahkan dibaca semoga bermanfaat.. :D
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekerasan
sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakukan oleh
para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar
pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis. Aksi-aksi
kekerasan dapat terjadi di mana saja, seperti di jalan-jalan, di sekolah,
bahkan di kompleks-kompleks perumahan. Aksi tersebut dapat berupa kekerasan
verbal (mencaci maki) maupun kekerasan fisik (memukul, meninju, dll). Pada
kalangan remaja aksi yang biasa dikenal sebagai tawuran pelajar/masal merupakan
hal yang sudah terlalu sering kita saksikan, bahkan cenderung dianggap biasa.
Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam
perkelahian atau tawuran itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang
tidak terlibat secara langsung. Pelaku-pelaku tindakan aksi ini bahkan sudah
mulai dilakukan oleh siswa-siswa di tingkat SLTP/SMP. Hal ini sangatlah
memprihatinkan bagi kita semua.
1.2 Tujuan
Maraknya
tingkah laku agresif yang dilakukan kelompok remaja akhir-akhir ini merupakan
sebuah kajian yang menarik untuk dibahas untuk dicari jalan keluarnya. Makalah
ini dibuat untuk membahas apakah tawuran itu sendiri dan sebab-sebab terjadinya agar dapat dicari
jalan keluar pemecahan masalah yang kita hadapi saat ini. Serta agar dapat memenuhi
tugas PAI.
1.3 Manfaat
Kita
sebagai generasi penerus bangsa agar semakin berhati-hati dalam mengambil
tindakan serta waspada terhadap ajakan-ajakan atau provokator yang mengutamakan
solidaritas. Juga dapat menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kekerasan
atau (bahasa Inggris:
Violence , dari Latin.
violare "memakai kekuatan") artinya pemakaian kekuatan untuk melukai,
membahayakan, merusak harta benda atau orang secara fisik maupun psikis.
Kekerasan
merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan,
dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan
atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti
binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan
nilai-nilai sosial yang terkait dengan kekejaman terhadap binatang. Istilah
“kekerasan” juga mengandung kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang
merusak.
Remaja
tergolong dalam sosok pribadi yang tengah mencari identitas dan membutuhkan
tempat penyaluran kreativitas. Jika tempat penyaluran tersebut tidak ada atau
kurang memadai, mereka akan mencari berbagai cara sebagai penyaluran. Maka dari
itu mereka seringkali melakukan tindakan-tindakan yang kurang baik karena
terbawa emosi misalnya aksi pemukulan. Perilaku kekerasan yang sepele ini
sering memancing masalah yang lebih besar lagi. Salah satu dampak dari
kekerasan tersebut adalah tawuran.
Dalam
kamus bahasa Indonesia “tawuran”
dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Hal yang
terjadi pada saat tawuran sebenarnya adalah perilaku agresi dari seorang
individu atau kelompok. Agresi itu sendiri menurut Murray (dalam Hall &
Lindzey, Psikologi kepribadian, 1993) didefinisikan sebagai suatu cara untuk
melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh,atau
menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresi adalah tindakan yang
dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain.
2.2 Penyebab
Terjadinya Tawuran
Berikut ini
adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
a.
Faktor Internal
Faktor
internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui
proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan
disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan
perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang
kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman
pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama
semakin bermacam-macam. Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih
tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu
apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para
remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi,
tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya.
Seorang
remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah
orang-orang sekelilingnya. Misalnya saja , beberapa pelajar yang
tawuran ternyata ada diantaranya karena ajakan teman, karena takut dibilang
“cupu loe ga mau ikut tawuran, punya nyali ga loe..??” atau “ini kan buat
kebaikan sekolah kita, klo loe ga ikut mending ga usah jadi temen gue..”,
Mental yang lemah, tidak mau dibilang “cupu” atau “culun” ini tentu harus
segera diperbaiki secepatnya, mulai dari diri sendiri dengan dibantu
pihak-pihak terkait seperti guru dan orang tua.
b.
Faktor Eksternal
Faktor
eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1.
Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari
orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang
dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia
akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari
keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab
kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan
rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik
dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan
hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja
dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi
anak (hawari, 1997). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu
penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai
figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran
orangtua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2.
Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa
pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan
wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah
juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan
hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya disekolah tidak
jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam
mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui
kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran
guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang
baik.
3.
Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat
mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah
yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik.
Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para
remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya
juga bisa mengakibatkan tawuran.
4.
Faktor Ekonomi
Biasanya para pelaku tawuran adalah
golongan pelajar menengah kebawah ini disebabkan faktor ekonomi mereka yang
pas-pasan bahkan cenderung kurang membuat mereka melampiaskan segala ketidakberdayaannya
lewat aksi perkelahian tersebut, karena diantara mereka merasa dianggap rendah
ekonominya dan akhirnya ikut tawuran agar dapat dianggap jagoan.
5.
Perhatian
kurangnya perhatian dari orang-orang
disekitar mereka seperti orang tua dan guru membuat mereka bebas dan bisa
melakukan segala sesuatu sesuka hati mereka, termasuk tawuran diantaranya.
2.3 Dampak
Dari Tawuran
Jelas
bahwa perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat
kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar.
a. Kerugian
fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu
cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian.
b. Masyarakat
sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar yang
tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga, dan rusaknya fasilitas
umum.
c. Terganggunya
proses belajar mengajar
d. Yang
paling dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa
terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar
itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan
masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya
tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang
terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia.
e. Menurunnya
moralitas para pelajar
2.4 Cara
mengatasi Terjadinya Tawuran
Perkelahian
antar pelajar memang berdampak buruk baik untuk pelajar itu sendiri juga bagi
orang lain, tetapi tawuran antar pelajar masih sangat mungkin diminimalisir
dengan beberapa cara, seperti :
a. Memberikan
pendidikan moral untuk para pelajar
b. Menghadirkan
seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya
seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar
untuk selalu bersikap baik.
c. Memberikan
perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri
d. Memfasilitasi
para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya.
Contohnya : membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat
acara-acara yang bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau
ekstrakulikuler disekolahnya
e. Memberi
perhatian lebih kepada para pelajar, jika disekolah diberikan kegiatan tambahan
seperti extrakulikuler,
f. Dirumah
orang tua bisa lebih dekat lagi dengan anak-anaknya dan lebih banyak bertanya
jika anaknya pulang terlambat
g. Dan
yang terpenting kesadaran dari setiap individu sangat diperlukan, karena jika
tidak ada kesadaran diri untuk tidak ikut-ikutan dalam tawuran, maka akan mudah
terpengaruh dari oleh orang lain.
Untuk
mengatasi masalah tawuran antar pelajar, di sini penulis akan mengambil dua
teori. Yang pertama adalah dari Kartini Kartono. Dia menyebutkan bahwa untuk
mengatasi tawuran antar pelajar atau kenakalan remaja pada umumnya adalah:
1. Banyak
mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri, dan melakukan koreksi
terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun
2. Memberi
kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat
3. Memberikan
bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman
sekarang serta kaitannya dengan pengembangan bakat dan potensi remaja.
Teori
yang kedua adalah dari Dryfoos, dia menyebutkan untuk mengatasi tawuran pelajar
atau kenakalan remaja pada umumnya harus diadakan program yang meliputi
unsur-unsur berikut :
1. Program
harus lebih luas cakupannya daripada hanya sekedar berfokus pada kenakalan.
2. Program
harus memiliki komponen-komponen ganda, karena tidak ada satu pun komponen yang
berdiri sendiri sebagai peluru ajaib yang dapat memerangi kenakalan.
3. Program
harus sudah dimulai sejak awal masa perkembangan anak untuk mencegah masalah
belajar dan berperilaku
4. Sekolah
memainkan peranan penting
5. Upaya-upaya
harus diarahkan pada institusional daripada pada perubahan individual, yang
menjadi titik berat adalah meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak yang
kurang beruntung
6. Memberi
perhatian kepada individu secara intensif dan merancang program unik bagi
setiap anak merupakan faktor yang penting dalam menangani anak-anak yang berisiko
tinggi untuk menjadi nakal.
Manfaat
yang didapatkan dari suatu program sering kali hilang saat program tersebut
dihentikan, oleh karenanya perlu dikembangkan program yang sifatnya
berkesinambungan.
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
3.1 Kesimpulan
Faktor yang menyebabkan tawuran
remaja tidak lah hanya datang dari individu siswa itu sendiri. Melainkan juga
terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu, diantaranya
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Para pelajar yang umumnya masih
berusia remaja memiliki kencenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan
yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, maka
inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mengingatkan anaknya
jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang guru juga
tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam
pendidikan kepribadian para siswa agar menjadi insan yang lebih baik. Begitupun
dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari
orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat sekitar pun harus
bisa membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya dengan cara mengakui
keberadaanya.
3.2 Saran
Dalam menyikapi masalah remaja
terutama tentang tawuran pelajar diatas, penulis memberikan beberapa saran.
Diantaranya :
a.
Keluarga sebagai awal tempat
pendidikan para pelajar harus mampu membentuk pola pikir yang baik untuk para
pelajar
b.
Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam
menciptakan situasi yang kondusif
c.
Lembaga pendidikan formal sudah semestinya memberikan
pelayanan yang baik untuk membantu para pelajar mengasah kemampuan dan
mengembangkan segala potensi yang ada didalam dirinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar